| |
![]() (Foto: Internet) "Taxol pertama kali ditemukan dalam ekstrak pegagan kayu Taxus brevifolia. Sayangnya produksi dari satu jenis pohon ini saja terlalu sedikit sementara kebutuhan banyak. Spesies ini terancam punah," kata pakar Botani yang menjadi penasihat senior ilmu lingkungan Unesco, Kuswata Kartawinata PhD, di Jakarta, Selasa (24/8). Taksonomilah yang kemudian memrediksi adanya spesies lain yang mungkin mengandung taxol dan ternyata terbukti spesies Taxus baccata mampu menyediakan senyawa taxol lebih banyak daripada Taxus brevifolia, selain itu lebih mudah ditanam sehingga tak akan membuat tanaman itu menjadi punah. Taksonomi juga memprediksi senyawa kimia taxol kemungkinan juga terdapat pada tanaman Taxus sumatrana yang tumbuh di Sumatera dan Sulawesi, ujar mantan peneliti LIPI yang baru saja memberi Orasi Ilmiah pada "Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture" pada puncak Hari Ulang Tahun ke-43 LIPI. Melalui taksonomi, dunia juga berhasil mencari senyawa kimia yang mirip Castanospermine yang penting untuk penelitian HIV, yakni pada marga Alexa tumbuhan polong-polongan dari suku Leguminosae dari Amerika Selatan. "Senyawa tersebut pertama kali ditemukan dalam Castanospermum australe di Australia yang pada saat itu merupakan satu-satunya spesies dari marga Castanospermum," ujarnya. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya, kecilnya kemungkinan untuk berhasil dan besarnya biaya jika untuk memperoleh zat itu dilakukan secara acak pada 280 ribu spesies tumbuhan berbunga atau dari 1,8 juta organisme yang telah diketahui. Contoh lainnya, esktrak Ginkgo biloba yang termasuk dalam Gymnospermae, yang bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan sekarang telah diproduksi besar-besaran dengan harga tinggi di AS. Disebutkannya, Ginkgo biloba adalah tumbuhan asli beriklim dingin di China dan banyak ditanam di AS dan Jepang, spesies ini tidak dapat ditanam di daerah tropik sehingga Indonesia tak dapat memproduksi ekstraknya. Namun demikian, menurut dia, tetap bisa dicari kemungkinannya di Indonesia dengan bantuan taksonomi, yakni dengan meneliti jenis-jenis tumbuhan yang berkerabat paling dekat dengan Ginkgo biloba. "Misalnya melinjo (Gnetum gnemon), dan spesies lain dalam suku Gnetaceae dan ordo Gnetales, atau lebih jauh lagi ordo Coniferales, seperti damar, (Agathis borneensis), tusam (Pinus merkusii), jamuju (Podocarpus blumei), sempilor (Dacrydium elatum)," katanya. Taksonomi juga dapat memrediksi organisme yang gennya dapat ditransfer ke spesies sasaran untuk budidaya tanaman, misalnya untuk mengurangi kerentanan tanaman jagung (Zea mays) terhadap virus. "Penangkar berpaling pada spesies liar kerabat jagung (Zea diploperennis) yang belum lama ini ditemukan di Meksiko sebagai sumber gen yang resisten virus," katanya. Hal yang sama pemakaian Oryza glaberrima yang berkerabat dekat dengan padi (Oryza sativa) yang tumbuh liar di rawa-rawa Jawa untuk memperbaiki kualitas varietas padi, juga berkat petunjuk ilmu taksonomi, kata Kuswata sambil menambahkan bahwa taksonomi penting untuk memprediksi suatu tumbuhan yang bernilai ekonomi di masa datang. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar